Pandemik Covid-19 yang entah kapan ujungnya berdampak ke segala aspek, termasuk pendidikan. Pembatasan jarak sosial pun mengharuskan kampus melaksanakan perkuliahan secara daring, sistem perkuliahan yang mungkin tidak asing ditelinga kita sejak dulu, namun banyak dari kita yang tidak siap baik secara psikologi maupun secara fasilitas. Salah satu ketidaksiapan itu terlihat dari kita yang mungkin awalnya kebingungan menggunakan beragam platform pertemuan daring, lalu kemudian terjebak dalam fase "kecanduan". Karena perubahan yang tiba-tiba inilah, berbagai kampus mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru demi mengadaptasi sistem perkuliahan daring yang diharapkan dapat memudahkan baik pengajar maupun mahasiswa. Ada yang membuat kebijakan sekadar berupa aturan-aturan pelaksanaan, ada pula yang langsung memberikan kebijakan berupa solusi atau aksi nyata misalnya memberikan subsidi kuota internet kepada mahasiswa. Tapi apa pun itu, yang namanya kebijakan, pasti ada pro dan kontra dari
*Language perspective.
Insomnia,
adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat tidur. Hampir setiap orang pernah
merasakan bahkan seorang bayi pun mengalaminya. Termasuk saya ketika sedang
mengetik ini.
Baiklah
straight to the point, menurut hasil penerawangan
insomnia saya (memang, saat tidak bisa tidur, pikiran begitu lancar mengalirkan
ide-ide), ada 4 hal penyebab insomnia (bukan karena penyakit, yang mungkin tidak termasuk
alasan saintis karena saya bukan
orang sains tapi bisa dikategorikan sebagai alasan humanis, karena saya mahasiswa sastra.
Hahaha…) yang biasa terjadi di kalangan anak muda atau sejoli, yaitu:
![]() |
Source |
1.
I won’t sleep
because you won’t sleep.
Saya
tidak mau tidur karena kamu tidak mau tidur. Kasus ini mungkin paling banyak
terjadi di kaum muda yang lagi kasmaran atau pun pede kate. Kedua belah pihak
(I and You) sama-sama tidak mau tidur. Contoh kasusnya seperti ini, ketika
mereka telponan….
Mawar: Sudah dulu
yah, ngantuk nih….
Beddu: Baik, ya
sudah, tidur saja.
Mawar: ok.
(10 detik kemudian….)
Mawar: Kok,
telponnya belum dimatikan?
Beddu: Kamu dulu,
Mawar: Ah, kamu
dulu.
Beddu: Kamu saja…
……..
Tidak
ada yang mau menutup telpon lebih dulu. Sebenarnya, ini hampir-hampir dapat
dikategorikan bukan insomnia, karena insomnia adalah keadaan tidak bisa tidur,
bukan keadaan tidak mau tidur.
2. I won’t sleep
because you can’t sleep
Saya
tidak mau tidak mau tidur karena kamu tidak bisa tidur. Kasus seperti ini terjadi
karena si I memaksa diri tidak mau tidur hanya karena You tidak bisa tidur.
Misalnya I adalah laki-laki dan You adalah Perempuan. Si perempuan masih terus
bicara panjang lebar, melalui telpon ia curhat mengenai kejadian di kampus
siang tadi sedangkan si Laki-laki sudah sangat ngantuk, menjawab seadanya dan suara
tidak jelas, namun ia juga tidak mau tidur sebelum si perempuan mengakhiri
telpon.
Ini
insomnia-nya hanya sebelah pihak kayaknya, tapi menarik orang lain juga
ikut-ikutan insomnia.
3. I can’t sleep because you won’t sleep
Saya
tidak bisa tidur karena kamu tidak mau tidur. Kasus sebaliknya dari nomor dua,
namun ini punya tingkat yang lebih tulus. Karena You tidak mau tidur, makanya I
jadi tidak bisa tidur. Ini karena I peduli sama You. Saya tidak bisa tidur
ketika mendengar Kamu punya masalah, perasaan Saya dari dalam hati. Ya,
meskipun kamu belum tentu peduli juga sama Saya. Misalnya, ketika I sudah
hampir tertidur saat tengah malam, dan You tiba-tiba menelpon, curhat atas
masalah You, Saya pun tiba-tiba melek, jadi insomnia karena kawatir sama You.
Contoh
lain, orang tua ke anaknya. Ketika kecil kita kadang tidak mau tidur karena
masih senang main mobil-mobilan dalam ayunan, tapi orang tua pun ikut-ikutan
tidak bisa tidur karena kawatir, ia peduli sama kita.
4.
I can’t sleep
because you can’t sleep
Saya
tidak bisa tidur karena kamu tidak bisa tidur. The deepest insomnia, tingkat
insomnia paling dalam. I and You sama-sama tidak bisa tidur karena chemistry
yang kuat, ikatan yang kuat. Jika di tingkat 3 hanya satu orang saja yang
mungkin peduli, maka ditingkatan ini kedua-duanya sama-sama peduli. Kedua belah
pihak betul-betul tulus satu sama lain.
Seperti
sepasang kekasih yang sudah punya ikatan kuat, tanpa menelpon pun mereka akan
sama-sama merasakan tidak bisa tidur pada malamnya. Besoknya baru si perempuan
mengatakan, “Semalam saya tidak bisa tidur.” Si laki-laki pun menjawab, “Masa?
Saya juga tidak bisa tidur. “Mungkin kita memang jodoh. “ *Eh.
Labih
dari itu, ketika kita tidak bisa tidur misalnya karena gelisah memikirkan
skripsi yang tak kunjung selesai, orang tua, paling sering Ibu pun kadang tidak
bisa tidur karena memikirkan anaknya. (Maka dari itu, segeralah selesaikan
skripsimu). Hohoho…
Maaf, saya hanya mencoba membandingkan 4
tingkatan tersebut berdasarkan interpretasi bahasa saya, which is WANT means
have a desire or wish for something while CAN means be able to… Menurut saya
CAN memiliki makna yang lebih dalam, willingness-nya lebih kuat, bukan sekadar
kemauan tapi kemampuan.
*Jangan mudah percaya karena insomnia, tidak bisa tidur, membuat pikiran tidak karuan.
Makassar,
30 Desember 2015, setelah meminum segelas kopi.
![]() | |
(Cerita Akhir Pekan FLP) |
Komentar