Pandemik Covid-19 yang entah kapan ujungnya berdampak ke segala aspek, termasuk pendidikan. Pembatasan jarak sosial pun mengharuskan kampus melaksanakan perkuliahan secara daring, sistem perkuliahan yang mungkin tidak asing ditelinga kita sejak dulu, namun banyak dari kita yang tidak siap baik secara psikologi maupun secara fasilitas. Salah satu ketidaksiapan itu terlihat dari kita yang mungkin awalnya kebingungan menggunakan beragam platform pertemuan daring, lalu kemudian terjebak dalam fase "kecanduan". Karena perubahan yang tiba-tiba inilah, berbagai kampus mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru demi mengadaptasi sistem perkuliahan daring yang diharapkan dapat memudahkan baik pengajar maupun mahasiswa. Ada yang membuat kebijakan sekadar berupa aturan-aturan pelaksanaan, ada pula yang langsung memberikan kebijakan berupa solusi atau aksi nyata misalnya memberikan subsidi kuota internet kepada mahasiswa. Tapi apa pun itu, yang namanya kebijakan, pasti ada pro dan kontra dari
It
has been long time….
Tidak terasa setalah berbulan-bulan bergelut dengan
tugas akhir hingga akhirnya berhasil menyelesaikan studi. Melalui masa-masa
sulit, stress, dan penuh tekanan lahir-batin (lebay) selama proses pengerjaan
skripsi. Sepanjang masa itu pula saya susah membagi fokus: menulis skripsi,
cerpen dan esai, bahkan sekadar untuk mengisi blog dengan catatan-catatan.
Skripsi ya skripsi.
Dan sekarang, setelah yudisium, menanti waktu wisuda-
kembali mengisi hari demi hari dengan banyak membaca, yang semoga dan
semestinya berjalan seiring dengan menulis. Ah! Sepertinya banyak hal yang harus
dipersiapkan. Salah satunya lomba cerita rakyat yang diadakan oleh kementerian
kebudayaan. Sangat kebetulan, beberapa minggu lalu, saya meminjam buku
terjemahan kumpulan cerita rakyat milik salah seorang teman, sebelum mengetahui
info lomba.
Meskipun buku tersebut berisi cerita-cerita rakyat anak-anak
dari luar Indonesia, kebanyakan dari barat, setidaknya bisa memberikan pelajaran
seperti apa itu. Well, hampir semua telah
saya baca dan beberapa hal yang bisa saya simpulkan mengenai karakter atau ciri
cerita rakyat anak-anak adalah:
1. Banyak hal yang
tidak masuk akal (mungkn karena yang baca bukan anak-anak lagi hehehe…)
Misalnya hewan yang bisa bercakap dengan manusia.
2.
Almost all of them are happy ending. Meskipun kadang terkesan dipaksakan happy ending.
3. Hampir semua
tokoh utamanya adalah protagonist. Namun jika dipikir dalam-dalam, banyak
cara-cara tercela (tidak patut dicontoh) yang dilakukan oleh tokoh utama. Ya,
yang penting happy ending. Misalnya
kisah Jack dan Sulur Kacang Polong (mungkin diadaptasi ke film Jack and the Giant Slayer), dimana Jack
adalah bocah miskin yang mencuri barang-barang berharga si Raksasa. Endingnya,
si Raksasa meninggal dan Jack pun hidup kaya raya. Maksud saya adalah meskipun barang
yang dicuri adalah mirip seorang Raksasa, tapi saja yang salah adalah si Jack
karena mencuri.
4. Jika cerita itu
tentang seekor hewan, amak ia akan digambarkan sebagai hewan cerdas. Bahkan
tidak jarang memiliki kecerdasan melebihi manusia. Misalnya kisah Kucing
Bersepatu Lars, Kura-Kura dan Kera, Kelinci Pahlawan, dll.
Itu hanya pandangan saya saja, belum tentu benar dan
saya masih perlu membaca dan mencermati lebih banyak cerita rakyat.
Komentar