Pandemik Covid-19 yang entah kapan ujungnya berdampak ke segala aspek, termasuk pendidikan. Pembatasan jarak sosial pun mengharuskan kampus melaksanakan perkuliahan secara daring, sistem perkuliahan yang mungkin tidak asing ditelinga kita sejak dulu, namun banyak dari kita yang tidak siap baik secara psikologi maupun secara fasilitas. Salah satu ketidaksiapan itu terlihat dari kita yang mungkin awalnya kebingungan menggunakan beragam platform pertemuan daring, lalu kemudian terjebak dalam fase "kecanduan". Karena perubahan yang tiba-tiba inilah, berbagai kampus mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru demi mengadaptasi sistem perkuliahan daring yang diharapkan dapat memudahkan baik pengajar maupun mahasiswa. Ada yang membuat kebijakan sekadar berupa aturan-aturan pelaksanaan, ada pula yang langsung memberikan kebijakan berupa solusi atau aksi nyata misalnya memberikan subsidi kuota internet kepada mahasiswa. Tapi apa pun itu, yang namanya kebijakan, pasti ada pro dan kontra dari
Nama saya Ahmad, telah menyelesaikan pendidikan strata
S1 pada jurusan Sastra Inggris, dengan mengambil konsentrasi sastra di Universitas
Hasanuddin. Saya selalu tertarik dengan sastra karena belajar sastra berarti
mempelajari banyak cakupan bidang ilmu, sastra menjadi pintu ajaib untuk
melihat pandangan dunia. Melalui sastra kita bisa memahami kondisi masyarakat suatu
daerah setelah membacanya. Dengan didukung kemampuan memahami teks berbahasa
Inggris membuat wawasan bacaan lebih luas.
Misalnya dalam skripsi saya, mengangkat judul “George Bernard Shaw’s Criticism on Social
Classes of Victorian Era in Pygmalion,” saya
mengkaji drama karya penulis Inggris G.B. Shaw. Dengan meggunakan pendekatan sosiologis
dapat dipahami bagaiamana kesenjangan sosial di masyarakat Inggris pada masa
Victoria. Selain belajar sastra
secara teori, saya juga senang menulis cerpen maupun esai, beberapa diantaranya
Alhamdulillah, telah diterbitkan di media cetak lokal maupun nasional sejak belajar di komunitas
kepenulisan.
Sastra memang gampang-gampang susah. Gampang jika diminta
untuk sekadar membaca dan menikmatinya, namun akan tidak mudah jika diminta
untuk mengapresiasi, apalagi menciptakan karya sastra. Sastra kadang dianggap
bukan hal penting dalam peradaban/kemajuan bangsa. Namun mungkin tidak banyak
yang menyadari bahwa beberapa karya sastra atau sastrawan dapat memberikan
pengaruh besar dalam dunia. Misalnya “Uncle Tom’s Cabin” sebuah buku yang
ditulis oleh seorang perempuan yang memicu terjadinya perang saudara di Amerika.
Di Indonesia, saya percaya bahwa suatu saat karya sastra
kita akan bangkit dan maju tidak kalah dari negara-negara lain. Ada karya-karya
Pramoedya Ananta Toer atau kitab Lagaligo, epos terpanjang di dunia.
Hal itulah yang menjadi pemantik semangat saya untuk
melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan linier. Jika diberi kesempatan
untuk menjadi salah penerima beasiswa Afirmasi LPDP, saya berencana mendaftar
pada University of Leicester, yang
berada di Leicester Inggris dengan mengambil jurusan Modern Literature and Creative Writing, Faculty of English Language and
Literature.
Modern Literature and Creative Writing menawarkan keterampilan dalam teori dan kritik sastra,
serta menawarkan pilihan untuk mengembangkan keterampilan menulis dengan
program Creative Writing, dimana hal
tersebut tidak hanya ditujukan kepada pelajar yang berpengalaman dalam
penulisan kreatif, tetapi kepada yang punya kemauan kuat untuk belajar menulis.
Dengan memilih jurusan ini, saya berharap dapat mempelajari sastra lebih dalam
dan mengembangkan potensi saya dalam tulis menulis.
Dengan masa studi dua semester, saya akan melalui empat modul wajib utama yaitu:
Semester 1
1.
Bibliography,
Research Methods, and Writing Skills 1,
2.
Modern
Literature and Theory 1 (mencakup 3 bagian: The Caribbean Short Story, AIDS Narratives, dan Women’s
Travel Writing and Feminist Postcolonial Theory),
Semester 2
4.
Dissertation: Creative Dissertation
Selain itu, saya juga akan mengambil dua mata kuliah
pilihan. Poetry Writing and Contemporary Poetry pada semester satu, dimana dengan mengambil mata kuliah ini, saya akan
belajar menganalisis puisi-puisi penyair Inggris seperti William Wordsworth,
dan diwaktu bersamaan saya akan diminta
untuk menulis 4-5 puisi sebagai tugas akhir mata kuliah. Pada semester dua,
saya akan mengambil Writing Fiction,
mata kuliah yang membantu mengembangkan kemampuan dalam menulis prosa fiksi,
terutama pada penggunaan figurative
language, dialog, dan genre. Dengan mengambil mata kuliah ini pula, saya
akan mengusulkan sinopsis dari proyek Creative
Dissertation saya. Mahasiswa program MA Modern
Literature and Creative Writing di University
of Leicester memang diwajibkan untuk
membuat Creative Dissertation sebagai
tugas akhir.
Saya
berencana menulis novel atau kumpulan cerita pendek dengan mengangkat isu sosial.
Misalnya mengenai kehidupan penderita HIV/AIDS,
bagaimana mereka diterima dan diperlakukan di masyarakat yang berkaitan dengan
mata kuliah AIDS Narratives pada
modul Modern
Literature and Theory 1. Informasi yang mendukung penulisan Creative Disertation tersebut dapat saya
peroleh melalui skripsi salah seorang sahabat saya yang pernah meneliti
mengenai perilaku pencarian pengobatan pada penderita HIV/AIDS.
Jika saya
diberi kesempatan dan diterima di University
of Leicester, saya akan bersungguh dalam menuntut ilmu. Insyallah, saya juga akan tetap menulis
cerpen, esai atau artikel untuk diterbitkan di media-media lokal maupun
nasional di Indonesia sembari belajar di negeri orang.
Semoga Yang
Maha Pengasih merestui harapan dan cita-cita ini hingga kelak dapat menyelesaikan
studi tepat waktu lalu kembali mengabdi, menikmati hangatnya matahari di Tanah Air,
menjadi penulis juga kritikus, serta sebagai tenaga pendidik yang dengan rendah
hati membagikan ilmu yang telah saya dapatkan.
*Rencana studi ini disubmit untuk pedaftaran LPDP 2016
Komentar