Pandemik Covid-19 yang entah kapan ujungnya berdampak ke segala aspek, termasuk pendidikan. Pembatasan jarak sosial pun mengharuskan kampus melaksanakan perkuliahan secara daring, sistem perkuliahan yang mungkin tidak asing ditelinga kita sejak dulu, namun banyak dari kita yang tidak siap baik secara psikologi maupun secara fasilitas. Salah satu ketidaksiapan itu terlihat dari kita yang mungkin awalnya kebingungan menggunakan beragam platform pertemuan daring, lalu kemudian terjebak dalam fase "kecanduan". Karena perubahan yang tiba-tiba inilah, berbagai kampus mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru demi mengadaptasi sistem perkuliahan daring yang diharapkan dapat memudahkan baik pengajar maupun mahasiswa. Ada yang membuat kebijakan sekadar berupa aturan-aturan pelaksanaan, ada pula yang langsung memberikan kebijakan berupa solusi atau aksi nyata misalnya memberikan subsidi kuota internet kepada mahasiswa. Tapi apa pun itu, yang namanya kebijakan, pasti ada pro dan kontra dari
Musim dan musik adalah dua hal tak pernah
sepakat untuk diciptakan se-ayah apalagi se-ibu, tapi selalu saja ada yang bisa
memancing mereka bersepakat untuk mengunjungi manusia. Mereka mampu merasuki
jiwa manusia, siapa pun yang ia kehendaki, siapa pun yang memintanya, mengobati
hati yang pilu, atau malah sebaliknya, membuat manusia makin terpuruk dalam kesedihan,
tak mampu berkutik.
Kala
titik-titik hujan masih malu-malu membasahi tanah merah yang masih basah, juga
angin yang agak enggan bertiup membawa bisik-bisik suara yang dilahirkan
gesekan, petikan, maupun dentuman. Anak-anak manusia duduk dalam kerumunan,
membawa rasa yang tak terdefinisikan oleh siapa pun, kecuali hatinya, juga tuhannya.
Berjuang keras meramu dan menimbang sesuatu yang dapat mengindahkan warna,
bukan hanya MeJiKuHiBiNiU, tapi lebih
banyak warna dan lebih indah dari pelangi.

“Bukankah
direncanakan untuk dimulai pada jam 4:20 sore di belakang himpunan (sekarang
telah ditata sedemikian rupa menjadi taman kecil, disebut taman PERISAI)”, aku
membisikkan ke telinga sendiri.
Sedang
aku, sedari tadi telah merapatkan bokong di atas ubin himpunan, mengotak-atik
portal akademik, yang selalu saja bermasalah setiap semester. Memilah milih
mata kuliah yang mesti diambil bersama teman-teman, meski ujung-ujungnya
kuhapus semua mata kuliah yang telah tercentang, kuurungkan inginku.
“Saya
lagi Ahmad”, kata salah seorang teman yang mulai bosan melihatku cemas
memandang portal. Kemudian ku serahkan saja laptop yang sepertinya juga mulai
bosan ditatapku.
Ku
buka lembaran kumpulan cerpen Sagra, kulanjutkan bacaan. Ini lebih
baik dari pada sekedar duduk dan mengerutkan kening.
Dan
benar kata orang yang entah siapa, “sambil nyelam minum air”, sambil baca juga
menikmati musik. Dan itulah cara terindah menikmati musik. Musik yang dimainkan
oleh teman-teman PERISAI.
Saat
yang lain ikut menuangkan bisik-bisik suara ke dalam instrumen, maka aku lebih
asyik membaca. Memang ia, aku malu karena suaraku hanya akan memekikkan telinga
jika berpadu dengan mereka, belum lagi lirik yang tak kuhafal. Maka pilihan
terbaik adalah terus menyapu kata per kata dalam cerita. Inilah caraku
menikmati musik.
“Are you sure, tidak merasa terganggu
dengan suara-suara itu?”, tanya salah seorang yang berdiri di depanku.
Aku
hanya cengengesan, karena aku malah menikmati keduanya, tak takut konsentrasi
pecah. Dan semakin indah lagu yang dimainkan semakin terasa indah kisah kasih
tokoh dalam cerita. Selama mereka tidak memainkan musik rock and roll atau metal yang memekikkan telinga, semua akan baik-baik
saja di telingaku.
Aku
menemukan esensi membaca saat ditemani oleh sebuah lagu yang dibunyikan pelan
ataupun keras, juga ditemani titik-titik hujan yang memukul-mukul atap rumah. Mungkin
ini mirip sebuah film yang diberi soundtrack
untuk menambah sensasi ke penontonnya. Memang membaca tidak terlalu butuh
lingkungan yang tenang, tapi cukup tenangkan hati dan pikiran saja. Kurasa itu
akan berhasil.
Maaf,
aku harus pergi. meninggalkan acara yang sebenarnya belum dimulai, cukup sudah
musik hari ini. Terimakasih telah menghibur.
Entahlah
bagaiamana kelanjutan kisahnya. (Semoga segera terposting di www.perisai.org ). Tapi setidaknya aku
berhasil mendapatkan beberapa gambar dari salah seorang teman saat acara
berlangsung.
Komentar